Senin, 27 Desember 2010
Ketika hatiku bertanya tentang Ideologie Negeriku
Ketika hatiku bertanya tentang Ideologie Negeriku
Entah aku tidak tahu mengapa tiba-tiba saya teringat masa-masa Sekolah dulu. Saya dulu belajar dengan menggunakan lampu teplox saya selalu menyempatkan baca puisi tentang Ideologie negeriku. Tujuanku hanya ingin mengingatkan kalo negeri kita, INDONESIA masih memiliki ideologi. kalimat yang selalu saya baca dalam puisi itu ” Jagalah ideologi yang kita punya, karena hanya itu yang kita miliki”. Sekian tahun sudah masa-masa itu…….namun kini, saya merasa harus mengingatkan kembali, kalo INDONESIA, atau negeri kita masih punya ideologi. Tapi, ideologi yang seperti apa ?
Saya melihat Pak SBY tidak begitu kental akan pertarungan ideologi, justru inilah yang sedang menjadi permasalahan, ketika ideologi adalah sebuah pijakan, terus terang saja bahwa bangsa kita untuk saat ini tidak punya pijakan, karena terlalu banyak pijakan yang merasa paling benar, dan hanya bisa mengambil keputusan berdasarkan kondisi masyarakat saja (itu pun mendapat tekanan dari pihak asing)….ketika Bung Karno sering pidato, disitulah bahwa sering pendoktrinisasi tentang ideologi bangsa waktu itu, yang sekarang sudah tidak ada pidato yang bisa menggetarkan semangat perjuangan bangsa!!!
“Berbeda dengan masa Soekarno yang kental pertarungan ideologi, masa pemerintahan SBY justru dipermudah akibat kebijakan Soeharto yang meredam pengaruh ideologi, sehingga ketika SBY menjabat, pertarungan ideologi tak sehebat dulu, meskipun masih cukup signifikan. Menyadari kesalahan pendahulunya, SBY menyatakan partainya sebagai partai tengah, yakni nasionalis-religius. Dengan begini, SBY tidak membangun kekuatan baru, namun meletakkan dirinya dalam posisi netral, tidak memihak ideologi manapun. SBY melalui partainya pun mengajak partai-partai lain baik Nasionalis maupun Islam untuk berkoalisi. Dan sebisa mungkin, melalui pidatonya, SBY menggunakan kata-kata sedemikian rupa sehingga tidak menyinggung kekuatan manapun, meskipun hal itu menyebabkan publik kurang mengerti maksud dari SBY. Karena memposisikannya dirinya seperti itu, SBY pun dikritik sebagai sosok yang peragu dan tidak tegas”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar