Pages

Selasa, 01 Maret 2011

PANGERAN SUKOWATI DI KOTA SRAGEN.


Menyebut nama Pangeran Sukowati, tidak akan terlepas dari sejarah sebuah kota mungil yang Indah yaitu SRAGEN.  Bagaimana hal ini bisa terjadi ? sejarah apa yang melatarbelakangi lahirnya nama sebuah kota Sukowati dan kemudian menjadi kota Sragen ? berikut saya uraikan ceritanya dengan gaya bahasa bebas – non ilmiah tanpa bermaksud utk mengurangi atau menambah dari nilai sejarah itu sendiri.

Sejarah kota Sragen diawali dengan sebuah sejarah peperangan yang di kenal sebagai Perang Mangkubumen tahun 1746-1757. Perang tersebut mengisahkan tentang Patriotisme seorang pejuang yang bernama Pangeran Mangkubumi –adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram- dalam usahanya mengusir penjajah Belanda, keluar dari Bumi Mataram.

Pangeran Muda sangat kecewa ketika mendapati kakaknya Sunan PB II tidak dapat bersikap tegas terhadap Belanda.  Secara diam-diam Pangeran Muda pergi meninggalkan istana, beserta pasukan yang setia mengiringinya “menyatakan perang terhadap Belanda”. Pangeran bergerak menuju kearah timur laut dari kota Surakarta melewati desa-desa : Cemara, Tingkir, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang, dan kemudian perjalanan memasuki desa Pandak, Karang Nongko masuk tlatah Sukowati.


Di desa Pandak, Karangnongko Pangeran Mangkubumi  mendirikan pusat pemerintahan “Projo Sukowati” dan meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati  dan mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan. Karena desa Pandak secara geografis terletak di tepi jalan Lintas Kompeni ( Surakarta-Madiun ), maka pusat pemerintahan ini dianggap kurang aman. Konsekuensinya harus dipindahkan. Dengan alasan itulah, sejak tahun 1746 pemerintahan di pindahkan ke sebelah tenggara dari desa Pandak menuju desa Gebang.

Dengan dibantu oleh saudaranya yaitu Raden Mas said, perlawanan Pangeran Sukowati dapat membuat kocar-kacir kompeni Belanda. Perlawanan ini berakhir dengan dikeluarkannya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang terkenal dengan nama “Perjanjian Palihan Negari”, yaitu   Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati akhirnya menjadi Sultan Hamengku Buwana ke I ; dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan sebagai Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.

SEJARAH  KOTA  SRAGEN

Hari jadi kota Sragen ditetapkan pada hari : Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746.  Hari jadi tersebut berdasarkan penelitian serta kajian pada fakta sejarah yang cukup akurat. Pada tanggal itulah Pangeran Sukowati “menyatakan perang terhadap Belanda”, dan membentuk pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk  tlatah Sukowati sebelah timur.

Alkisah : di Kerajaan Mataram-Kartasura, bertahta Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana II dengan didampingi seorang Patih yang bernama Patih Pringgalaya.  Sang patih ini sangat dekat dengan Belanda dan berseberangan dengan Raden Mas Garendi yang menentang Belanda.

Tumenggung Alap-Alap menghadap Sinuwun PB II.  Lalu Kangjeng Sunan bersabda : Hai, Tumenggung Alap-Alap, coba katakan apa yang sebenarnya terjadi pada para narapraja di Kartasura ? …. Ampun Gusti , hamba mendengar kabar, bahwa ananda Raden Mas Garendi melakukan pemberontakan menentang Kompeni. Orang-orang Cina yang ingin membalas sakit hati atas peristiwa di Batavia, juga membantu Raden Mas Garendi….!!

Menurut kamu, apa yang harus kita lakukan menyikapi situasi ini ? … - Ampun Gusti, Ananda Garendi menentang kompeni itu merupakan usaha menegakkan Kerajaan Mataram. Bila Sabda Ingkang Sinuwun atau ijin dalem, hamba bersedia memimpin pasukan untuk membantu ananda Garendi….

Alap-Alap….!!! Sadarlah keadaanmu ?!! keadaan kita sekarang ini ?!! Persenjataan kita sangat jauh ketinggalan dengan senjata milik kompeni…. Lupakah kamu, bagaimana nasib kakek Sinuwun Almarhum, eyang Sultan Agung Hanyakrakusuma yang gagah berani itu ??.... – ketika menggempur kota Batavia dibawah pimpinan Sura Agul-Agul dan Bahureksa semua pasukan gagal total…??  Saya kasihan dengan para prajurit dan kawula yang akan menjadi korban sia-sia….!!!! …- Tumenggung Alap-Alap hanya diam terpaku !!


Tumenggung Alap-Alap adalah seorang perwira ahli strategi.  Alap-Alap dapat merasakan bahwa Kangjeng Sunan punya pendirian yang lemah. Hal ini sangat membahayakan kedudukan Alap-Alap, bila Kangjeng Sunan sampai terbujuk oleh rayu Patih Pringgalaya yang dekat dengan kompeni itu.  Untuk mengantisipasi semua itu, Tumenggung Alap-Alap mengajak seluruh kerabat dan keluarganya menyingkir dari kerajaan menuju ke arah timur, ke daerah Sukowati.  Dalam perjalanannya itu, sampailah mereka di desa Kranggan, masuk daerah Sukowati.  Alap-Alap menyamar dan mengangkat diri sebagai seorang pandhita dengan nama Kyai Srenggi.

Pangeran Mangkubumi turut meloloskan diri dari kerajaan Mataram yang telah merangkul Tentara Kompeni sebagai kekuatan kerajaannya.  Pangeran mendengar kabar bahwa di desa Kranggan ada seorang Brahmana sakti bernama Kyai Srenggi, lalu menyempatkan diri singgah di Kranggan untuk dapat berkenalan dengan Kyai Srenggi dan memohon petunjuk. –Inilah sikap luhur seorang Pangeran yang mau meluangkan waktu utk bertemu dan bersilaturahmi dengan kalangan orang biasa.


“eeee silakan masuk Pangeran, hamba tidak mengira akan kedatangan tamu Agung”…. Kata Kyai Srenggi dengan sangat hormat. ….- Bapa, ketahuilah Bapa, hamba sekarang bukan lagi seorang priyagung. Sebab selama mengembara ini hamba tanpa pangkat dan derajat.  Hamba adalah orang buruan karena menentang kehendak raja dan … kompeni. Jawab Pangeran Mangkubumi.

“Ah, Pangeran jangan begitu, walaupun berada di lumpur, intan itu akan tetap bersinar cemerlang dan tinggi nilainya. Pangeran untuk apa menghimpun kekuatan ? “…- Kyai… bumi Mataram bahkan sampai seluruh Nusantara akan dikuasai dan dijajah oleh Belanda. Apakah kita ini akan tingal diam saja Kyai ? jawab Pangeran.  …-Kyai Srenggi tersenyum dan berkata : benar Pangeran…!!! Apakah Pangeran lupa kepada hamba ??  hamba ini tidak lain adalah Tumenggung Alap-Alap…. Seorang hamba kerajaan yang tengah menyepi di Kranggan ini, karena prihatin dengan keadaan bumi Mataram sekarang ini !!

Mendengar pengakuan Kyai Srenggi, Pangeran Mangkubumi sangat terkejut, lalu merangkul Kyai Srenggi dengan haru. Pertemuan itu dilanjutkan dengan saling berbincang dan mengatur strategi perlawanan terhadap Belanda. Hidangan makan berupa nasi pecel lauk ingkung di sebuah nampan serta minuman legen di dalam buluh bambu.  ( konon desa Sragen itu berasal dari sanepan : Sra (menyerahkan) dan gen ( dari kata legen )… jadilah desa dengan nama SRAGEN yang dahulunya bernama desa Kranggan ).

Pangeran Mangkubumi berkata : Paman Tumenggung Alap-Alap…, saya sangat terkesan dengan pertemuan kita ini. Ketahuilah, saya telah mendirikan pemerintahan Projo Sukowati, dan bergelar Pangeran Sukowati, maka mulai hari ini paman Alap-Alap saya angkat menjadi senopati perang memimpin prajurit saya di desa ini. Sedangkan desa Kranggan saya ganti namanya menjadi desa Sragen…!! …. Begitulah untuk selanjutnya Kyai Ageng Sragen dianggap sebagai cikal-bakal desa Sragen dan menjadi leluhur para penguasa pemerintahan kabupaten Sragen.

Demikianlah sekelumit sejarah cerita berdirinya nama desa yang telah menjadi kota yaitu SRAGEN.

Makam atau petilasan dari Kyai Ageng Srenggi atau Kyai Ageng Sragen sampai saat ini masih ada, tepatnya di arah Sragen Utara sekitar desa Tangkil.  Petilasan Pangeran Sukowati juga masih ada di desa Sukowati atau sekitar daerah menuju kecamatan Tanon, hanya saja petilasan tersebut sangat tidak terawat…!!!!!!!!

Melihat semua ini, terus terang saya juga kecewa…. Mudah-mudahan setelah muncul pemimpin yang baru nanti, petilasan tersebut dapat dibangun dan dijadikan tempat wisata ziarah leluhur….!!!

Di Petilasan Eyang Sukowati, terdapat satu bentuk makam tersendiri, dan delapan makam lainnya berjajar rapi. Di area petilasan tersebut, ada sebuah tempat kecil, biasanya dipergunakan sarana untuk pasangan yang sulit mendapatkan keturunan.  Dengan ritual kecil, ada rahasia tersembunyi disitu. Tidak semua orang tahu, bahkan oleh paranormal top sekalipun. Karena rahasia itu didapat dari “dawuh”, tidak bisa dideteksi dengan ilmu-ilmu kanuragan.  Sangat beruntung bila aku – Trah dapat mengetahui petunjuk itu. Tentu saja tak akan kubuka di media ini, takutnya nanti disalah-gunakan oleh oknum-oknum dukun yang tidak bertanggung jawab…!!  Iya kan…?!!  Iya doonk…?!!  Iyalaaah…!!!

Dari desa kecil yang Indah : SRAGEN – Trah Sukowati : Salam Budaya Nusantara penuh kedamaian…!!!!

 Kata kunci :
-          Pangeran Sukowati = Pangeran Mangkubumi = Sri Sultan Hamengku Buwono ke I
-          Kyai Srenggi  = Kyai Ageng Sragen  =  Tumenggung  Alap-Alap

1 komentar:

  1. Makam atau petilasan dari Kyai Ageng Srenggi atau Kyai Ageng Sragen sampai saat ini masih ada, tepatnya di arah Sragen Utara sekitar desa Tangkil.
    Yang benar bukan desa Tangkil tapi Dukuh Sragen Lor Masuk Kelurahan Nglorog Kecamatan Sragen Kota Kabupaten Sragen. Makamnya terletak ditengah kampung Srage Lor tersebut.

    BalasHapus