Bedebah, Aku bukan monster,
Dan bukan kail untuk memancing botol minuman,
Dan bukan pencentak uang,
Aku hnylah generasi tua tergagap-gagap, sembunyikan nyeri,
Sedikit saja, cuma segelintir diri, yang ingin mententramkan batinnya.
Hati miris melihat anak-anak muda terlahir cacat: sumbing nuraninya, lumpuh benaknya, buntung kejujurannya.
Sementara jiwa kita pun belum tentu selamat.
Kita, manusia rapuh, kadung lahir di kalatidha,
Aku menerima untuk berdiri di sini, di ambang pintu.
Siap untuk menerima aba-aba dari pengasa,
Yang mempunyai ilmu pengetahuan setengah matang,
Mempunyai kreativitas yang terbiasa makan larangan.
Sejarah tinggal inspirasi, yang kita hadapi makin bikin pucat pasi.
Kali ini tak ada contekan atau solusi .
Yang bisa dipegang tinggal kitab suci dan nurani,
itu pun bila belum tercemar nanah dan tinja peradaban ini.
Yang baik itu, yang Tuhan mau.
Dalam gamang aku menerka,
Peluh bercucuran makin deraspun tiada guna,
Bedebah, orang amanah dituduh berkianat,
Orang laknat yang mengatasnamakan institusi selembar uang recehan dikira hebat,
Hemmmm,.....!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar