HARI PAHLAWAN
Sebuah ungkapan terkenal menyatakan
bahwa, Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormati para pahlawannya.
Dan Bangsa tanpa pahlawan sama artinya Bangsa yang tak memiliki sebuah
kebanggaan. Jika sebuah bangsa tidak memiliki tokoh yang bisa dibanggakan, maka
bangsa itu adalah bangsa yang tak memiliki harga diri. Bahkan bisa menjadi
sebuah bangsa kelas teri, diremehkan oleh bangsa-bangsa lain. Karena itu, sudah
sepantasnya setiap bangsa memiliki tokoh yang disebut pahlawan.
Seorang Pahlawan akan menjadi sangat penting karena ia
akan memberikan suatu inspirasi dan motivasi. Inspirasi untuk selalu
memperbaiki kondisi bangsa ini. Dan me-motivasi agar bangsa ini terus bangkit,
dan menjadi suatu bangsa yang bisa dibanggakan.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, Bisakah kita mengambil, inspirasi dan motivasi dari perjuangan mereka untuk dapat memperbaiki bangsa ini? Apa peringatan Hari Pahlawan yang selalu kita peringati setiap tanggal 10 November ini hanya sebuah seremonial belaka, sebuah peringatan yang tanpa makna, ….? sugguh ironis memang,…!
Yang menjadi pertanyaannya adalah, Bisakah kita mengambil, inspirasi dan motivasi dari perjuangan mereka untuk dapat memperbaiki bangsa ini? Apa peringatan Hari Pahlawan yang selalu kita peringati setiap tanggal 10 November ini hanya sebuah seremonial belaka, sebuah peringatan yang tanpa makna, ….? sugguh ironis memang,…!
Kita tahu setiap generasi, memang
memiliki persoalan dan tantangannya masing-masing. Dulu, musuh utama bangsa
kita ini adalah penjajah. mereka dengan congkak-nya mengoyak-ngoyak harkat dan
martabat bangsa. Maka pekik Heroisme Merdeka dan Allahu Akbar untuk mengusir
penjajah dan mempertahankan kemerdekaan pun menjadi pekik yang tidak pernah
berhenti disuarakan.
Lalu, Bagaimana dengan sekarang,
siapa yang layak menjadi musuh bangsa kita sekarang? Musuh besar kita tak lain
dan tak bukan adalah korupsi, kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan.
Itulah sejumlah masalah utama yang sedang dihadapi bangsa ini.
Korupsi seperti sebuah penyakit
kronis yang sulit disembuhkan. Orang justru berlomba-lomba mengeruk uang
negara. Dan, itu terjadi di semua level yang menyebar baik di pusat maupun di
daerah. Hampir di semua jajaran, baik yudikatif, legislatif, maupun eksekutif,
terjangkit penyakit kronis yang satu ini. Naudzubillah.
Angka kemiskinan semakin hari
bukannya semakin menurun, malah semakin bertambah saja. Pengangguran meningkat
tajam, imbas dari banyaknya perusahaan yang gulung tikar karena tidak bisa
menutup biaya operasional dan biaya-biaya tinggi lainya yang dibebankan oleh
beberapa oknum pejabat pemerintah daerah dan pusat.
Kini, bangsa kita semakin terpuruk,
banyak sekali masalah yang menyelimuti selama ini, terutama masalah hukum dan
keadilan, rakyat kita sudah tak bisa lagi mempercayai institusi negara yang
ada. baik kepolisian maupun kejaksaan. Sudah tidak lagi diisi oleh orang-orang
yang memiliki sifat kepahlawanan. Bahkan ada sebagian dari mereka yang
menggadaikan jabatannya kepada seseorang yang jelas-jelas nyata terlibat
masalah korupsi. Hukum dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan pribadi dengan
sebanyak-banyaknya.
Jual-beli perkara pun dilakukan tanpa sembunyi-sembunyi. Pasal-pasal diatur sedemikian rupa untuk kepentingan segelintir orang yang punya uang.
Jual-beli perkara pun dilakukan tanpa sembunyi-sembunyi. Pasal-pasal diatur sedemikian rupa untuk kepentingan segelintir orang yang punya uang.
Para oknum seperti ini, sudah tidak
punya lagi yang namanya hatinurani, mata hatinya dibutakan oleh kepentingan
sesaat. Maka mereka sangat tidak pantas lagi untuk tetap menduduki jabatannya,
mengundurkan diri, mungkin itu kata pantas untuk mereka, karena bangsa ini
masih punya banyak orang yang pantas untuk menjalankan amanat rakyat, amanat
para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa raganya demi bangsa dan negara
agar bangsa ini bisa sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia.
Wasalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar